Sumatera Utara.SRN I Lagi-lagi dugaan kasus pengadaan pengerjaan perawatan kebun diduga fiktif di jajaran PTPN IV Regional 2 masih sering terjadi.Rabu, (21/5).
Baru-baru ini tim serangkainews.com telah menemukan adanya kondisi areal tanaman muda PTPN IV Regional 2 Kebun Laras Afd 2 yang tidak terawat, tepatnya di Blok 21S.
Dari hasil pantauan serangkainews.com, terlihat kondisi areal blok 21S Afd 2 Kebun Laras (di belakang SD Swasta Bandar Huluan) tidak terawat dan di sekitarnya banyak ditumbuhi gulma penganggu tanaman kelapa sawit seperti tanaman pisang, kayu-kayuan, tanaman kelapa sawit liar dan juga nampak banyak sekali tanaman lompong.
Bahkan kondisi itu diperparah dengan banyaknya tanaman kelapa sawit yang dikelambui/ditumbuhi gulma menjalar dan kacangan. Padahal tanaman kelapa sawit di blok 21S ini merupakan tanaman muda dan baru berusia 4 tahun yang diharapkan menjadi tanaman masa depan penopang produktivitas kebun.
“Waaah…sangat parah itu kondisi arealnya. Apa kerja Manejer Kebun, Askep, Asisten dan Mandornya? Masak mereka bisa tidak tahu kondisi arealnya seperti itu?” Ucap pengamat perkebunan berinisial M dengan heran kepada serangkainews.com.
Menurutnya areal perkebunan yang banyak di tumbuhi gulma sebagai pengganggu produktifitas tanaman seperti pada vidio yang di ambil tim serangkainews.com pada Sabtu, 17 Mei 2025 harus di bersihkan.
“Dapat dipastikan dengan areal yang dipenuhi semak pasti mengganggu pertumbuhan tanaman dan produksinya akan rendah. Jadi harus di bersihkan itu.ada.anggaranya itu.” sambungnya.
M juga menceritakan bahwa gulma penganggu selain mengurangi intensitas sinar matahari untuk proses fotosintetis tetapi juga akan menyerap unsur hara yang dibutuhkan tanaman sawit.
“Sederhana-nya seperti ini. Jika tanaman sawit diberikan pupuk oleh perusahaan dengan dosis 9-12 kg/pokok/tahun, diharapkan diserap tanaman sawit secara maksimal untuk mendukung pertumbuhan vegetatip dan generatipnya. Maka sebelum dipupuk, syaratnya piringan harus bersih dari gulma pengganggu dengan disemprot atau digaruk. Kalau banyak gulma seperti itu kemungkinan pupuk yang diserap tanaman sawit sekitar 65%-75% dari pupuk yang diberikan”ujarnya.
“Nah, Dari sini dapat kita hitung kerugian hanya dari biaya pupuk saja. Kalau kita asumsikan pupuk yang menguap 25% saja akibat areal semak, berarti dari 10 kg/pokok pupuk yang ditabur ke pokok ada 2,5 kg/pokok pupuk yang diserap gulma. Kalau untuk areal seluas 20 hektar dengan rata-rata 142 pokok/ha berarti jumlah pokoknya 2840 pokok. Bisa kita hitung pupuk yang menguap sebesar 7100 kg. Itu baru untuk 1 blok, belum lagi kita hitung untuk 1 afdeling, 1 kebun bahkan 1 PTPN. Jelas kerugiannya sangat besar apalagi kalau diperhitungkan kerugian akibat pertumbuhan tanaman tidak maksimal dan penurunan produksinya.”papar M.
Ia menuturkan bahwa jika tanaman kelapa sawit kurang asupan pupuk l, maka akan berdampak pada pertumbuhan tanaman sawit dan produksinya pasti menurun.
“Jelas dampaknya terhadap pertumbuhan tanaman sawit dan mengakibatkan produksinya akan menurun. Padahal tanaman sawit di areal itu masih berusia muda dan produktif. Selain itu kondisi areal juga menyulitkan pekerja mau memanen atau memupuk, beban pekerja akan menjadi bertambah.” Pungkasnya.
Sementara, kabarnya PTPN IV Regional 2 telah menganggarkan dan mengeluarkan anggaran yang sangat besar untuk merekrut asisten yang berasal dari Perguruan Tinggi ternama dan juga untuk membayar gaji mereka, bahkan juga memiliki perangkat pengawas mulai dari tingkat pusat sampai di tingkat kebun,
Namun kondisi Kebun Laras masih tidak terawat.
“Kalau ada anggarannya, Seharusnya kondisi areal kebun tidak semak seperti itu agar biaya yang sangat besar itu tidak menguap. Nah apakah benar kondisi ini tidak ada anggaran???. Kita minta agar Aparat Penegak Hukum (APH) segera turun untuk mengusutnya”pinta M mengakhiri.
Sayangnya beberapa pejabat yang berkompeten untuk melakukan pengawasan di Kabun Laras Afd 2 PTPN IV Regional 2 saat di konfirmasi serangkainews.com tak pernah mau menjawab.(Red/tim).