Binjai, SRN I Kasus menumpuknya mobiler rusak di sekolah-sekolah SD dan SMP negeri se-Kota Binjai menjadi sorotan publik.
Dua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), yakni LSM Peduli Pembangunan dan Aset Sejahtera (LPPAS-RI) yang dipimpin oleh Zulkifli Gayo dan Peduli Politik Pemerintahan dan Hukum Sumatera Utara (P3HSU) yang diketuai Jaspen Pardede, menyatakan keprihatinan atas kondisi tersebut.
Menurut mereka, sekolah negeri harus menjadi contoh pendidikan yang layak, menciptakan kenyamanan dan keamanan bagi siswa dalam proses belajar mengajar.
Namun, kenyataannya banyak sekolah kini berubah menjadi tempat penyimpanan barang bekas dan mobiler yang rusak, sehingga menciptakan lingkungan yang kumuh dan berpotensi menjadi sumber penyebaran penyakit.
“Kondisi ini sangat memprihatinkan. Sekolah seharusnya menjadi tempat yang mendukung pendidikan dan kesehatan anak-anak, bukan menjadi lokasi penumpukan sampah dan barang bekas,” ujar Zulkifli Gayo.
Kedua LSM juga menanggapi surat dari Inspektorat Kota Binjai yang meminta agar kasus ini diperiksa dan barang-barang bekas di sekolah dimusnahkan.
Namun, mereka menilai Inspektorat terkesan mengabaikan tanggung jawabnya dan belum mengambil langkah konkret untuk menyelesaikan permasalahan ini.
“Kami meminta agar barang bekas mobiler dan buku yang menumpuk segera ditangani secara serius dan tidak hanya menjadi surat tanpa tindak lanjut nyata. Pemerintah daerah harus bertanggung jawab dalam menjaga fasilitas pendidikan agar tetap layak dan sehat,” tegas Jaspen Pardede.
Masyarakat dan para aktivis di Kota Binjai berharap agar pemerintah Kota Binjai meningkatkan pengawasan dan melakukan tindakan nyata untuk membersihkan sekolah-sekolah dari barang bekas yang merusak lingkungan belajar. Selain itu, diperlukan perbaikan sistem pengelolaan aset sekolah.(Rs05).