Sumatera Utara.SRN I Gerakan Sejuta Pohon yang saat ini digadang-gadang menjadi bagian inisiatif jangka panjang PTPN dalam memberikan dukungan pelestarian lingkungan masih menjadi buah bibir dimasyarakat.
Dimana Program Tanaman Sejuta pohon menjadi program nasional yang melibatkan berbagai elemen masyarakat, Pemerintah, Organisasi, dan sektor swasta termasuk PTPN, telah berlangsung lama sejak kepemimpinan Presiden Soeharto.
Sayangnya, program tersebut masih tak terlihat, padahal dahulu diduga telah menghabiskan anggaran yang cukup fantastis. Kini program tersebut kembali di galakan di awal bulan Mei tahun 2025, PTPN bekerja sama dengan lembaga lain kembali meluncurkan dan merealisasikan gerakan penanaman sejuta pohon.
Sekretaris Perusahaan PTPN I Aris Handoyo mengatakan, Program Tanam Sejuta Pohon yang dilaksanakan mandiri oleh PTPN I Subholding Supporting Co ini merupakan respons langsung dari visi kelestarian lingkungan yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.
Sementara, dilansir dari beberapa sumber, ternyata gerakan sejuta pohon pada awalnya digagas Presiden Soeharto pada tahun 1993 sebagai respon terhadap penebangan liar yang merusak hutan.
Ajakan penanaman sejuta pohon ini menjadi program nasional yang melibatkan berbagai elemen masyarakat tak terkecuali pemerintah, organisasi non pemerintah dan sektor swasta termasuk PTPN sebagai entitas bisnis BUMN yang bergerak di sektor perkebunan.
Sejak bergulirnya program nasional penanaman sejuta pohon dan secara masiv dilaksanakan pada era reformasi, PTPN sebagai perusahaan Negara mengelola lahan perkebunan yang sangat besar telah memainkan peranan strategis untuk mensukseskan program ini. Hal ini dikatakan oleh Dela selaku penggiat lingkungan hidup.
PTPN telah memanfaatkan lahan dan anggaran yang dimilikinya melalui dana CSR (Corporate Social Responsibility) untuk menanam pohon dan menciptakan hutan kota atau kebun-kebun tanaman untuk melestarikan lingkungan sejak era Presiden Soeharto kini kembali di galakan.
“Artinya ada yang aneh ini”Kata Dela kepada serangkainews.com.
Menurut Dela, secara seremonial launching gerakan penanaman sejuta pohon tahun 2025 oleh PTPN ingin menunjukan komitmen dan konsistensi peran dan kiprahnya dengan mengalokasikan anggaran dari CSR atau Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) dan lahannya untuk mensukseskan gerakan tanaman sejuta pohon.
“Secara formalitas PTPN juga ingin menunjukkan perannya meningkatkan kualitas dan menciptakan suasana yang lebih asri, membantu mengatasi pemanasan global, mencegah erosi tanah dan banjir serta menyediakan habitat bagi berbagai jenis hewan dan tumbuhan seperti manfaat yang ingin dicapai melalui gerakan penanaman sejuta pohon. Tapi harusnya transparan berapa anggaran yang dikucurkan dan dimana saja titik lokasi penanaman itu. Nah dahulu juga sudah di laksanakan, dan dimana lokasinya”kata Dela.
Menyikapi launching program penanaman sejuta pohon bahwa apa yang dilakukan oleh PTPN jangan hanyalah sebuah upaya seremonial dan formalitas saja.
“Kita minta PTPN di dalam pelaksanaan gerakan sejuta pohon harus benar-benar konkrit dan harus dilakukan monitoring agar realisasinya sesuai dengan anggaran yang dikucurkan untuk mencapai tujuannya secara efektif” pinta Dela selaku aktivis lingkungan.
“Bayangkan saja PTPN Group yang terdiri dari 14 anak perusahaan di mulai dari PTPN I sampai dengan PTPN 14 setiap tahunnya diduga tetap menganggarkan program penanaman sejuta pohon. Artinya setiap tahun PTPN Group telah menanam 14 juta pohon baik di hutan kota maupun di areal kebunnya. Jika kita anggap saja secara masiv program ini dimulai sejak tahun 2001, maka program ini telah dijalankan selama 15 tahun sampai dengan tahun 2025 ini. Berarti pohon yang telah ditanam oleh PTPN sebanyak 210 juta pohon” lanjutnya.
Wanita berparas cantik ini mengilustrasikan jika dalam 1 hektar dapat ditanami dengan 130 pohon, maka lahan perkebunan PTPN atau lahan lain diluar perkebunan yang telah ditanami melalui gerakan tanam sejuta pohon sudah meningkat.
“Seandainya dalam 1 hektar dapat ditanami dengan 130 pohon maka lahan perkebunan PTPN atau lahan lain di luar perkebunan yang telah ditanami melalui gerakan ini oleh PTPN seluas 1.615.000 hektar. Sedangkan total luas lahan PTPN tidak mencapai 1 juta hektar. Dan jika PTPN Group mengajak masyarakat di sekitar Kebun untuk berpartisipasi di dalam gerakan ini maka tentu angka tersebut semakin bertambah. Tetapi kenyataannya apa?” Berang Dela.
Kita lihat saja di kebun-kebun milik PTPN Group yang ada. Berapa persen tanaman yang hidup dan tumbuh dari gerakan penanaman sejuta pohon itu?
“Menurut hemat saya, tidak sampai 10% pohon yang hidup dan tumbuh sampai dengan saat ini. Dan ini kita minta Kejagung mengusut tuntas, karena sebelumnya Program ini sudah ada dan tidak diketahui berapa anggarannya, dan sudah sejauh mana” ungkapnya.
Faktanya kita lihat sebagian besar hewan endemik Indonesia semakin hari semakin langka. Tumbuhan pohon sengon sebagai pohon pilihan dari gerakan sejuta pohon PTPN IV Group juga semakin jarang ditemukan.
“Ditambah lagi kalau kita lihat hutan di sekitar lahan perkebunan milik PTPN semakin habis dibabat dan berganti menjadi areal kebun kelapa sawit, termasuk di kawasan hutan produksi maupun hutan konversi. Artinya PTPN gagal mengajak masyarakat untuk berpartisipasi di dalam gerakan ini. Dimana yang sudah ditanami sejak jaman era reformasi” paparnya.
Hal ini sebenarnya menjadi indikasi bahwa gerakan penanaman sejuta pohon oleh PTPN hanya gerakan seremonial dan formalitas saja. Tidak ada kesungguhan yang kuat dari PTPN bahwa gerakan ini harus mencapai tujuan dan manfaat sebenarnya dari gerakan ini, hingga lokasi penanaman program sejuta pohon menjadi icon untuk menunjukan tanggung jawab sosial melalui lingkungan.
“Mungkin saja gerakan ini oleh PTPN cuma sebagai agenda menghabiskan anggaran saja. Berapa besar biaya yang dikeluarkan setiap tahunnya oleh PTPN untuk pelaksanaan gerakan ini?
Dan apakah pihak-pihak terkait seperti BPK,Dinas Kehutanan, dan Kementerian Lingkungan Hidup pernah melakukan audit terkait hal tersebut?.maka kita minta di usut tuntas dugaan kasus ini”imbuhnya.
“Seharusnya pelaksanaan gerakan ini ditindaklanjuti dengan melakukan monitoring terhadap proses penentuan lahan yang disertai dengan titik koordinat dan peta lahan, pengadaan bibit pohon, transplanting bibit pohon ke lahan, penanaman dan perawatan pohon, serta tingkat kemungkinan hidup dan tumbuh pohon” ujarnya.
Akhir pembicaraannya, Dela mengajak kepada elemen stakeholder yang berkepentingan dengan masalah lingkungan termasuk LSM dan Media yang peduli lingkungan untuk meminta Keterbukaan Informasi Publik terkait program penanaman sejuta pohon di lingkungan PTPN serta melakukan observasi terhadap keberhasilannya di lapangan.
“Inikan perlu dipertanyakan, berapa anggarannya, dimana dan sudah sejauh mana hasil tanamannya mengingat program ini dahulu juga pernah ada di lakukan oleh PTPN sejak jaman era Pesiden Soeharto. Jadi harus benar transparan kegiatan ini. Jangan menjadi seremonial saja yang menghabiskan anggaran” kata Dela.(Tim).