Tak di Rawat, Kondisi Kebun Sawit Langkat Afd VII PTPN IV Regional 2 Memprihatinkan

34 0

Sumatera Utara.SRN I Dugaan korupsi di jajaran PTPN IV Regional 2 seperti tidak ada habis-habisnya. Parahnya, Perusahaan plat merah itu jauh dari pengawasan hingga sering memanipulasi laporan dengan realita dilapangan bermodus mengkambinghitamkan karyawan atau bawahan. Minggu, (28/4).

Hal ini terjadi pada lokasi Kebun Sawit Langkat Afd VII PTPN IV Regional 2. Dimana dari pantauan wartawan terlihat lokasi kebun Kelapa Sawit Langkat Afd VII PTPN IV sangat memprihatinkan. Bahkan warga sekitar menyebut lokasi yang di tanami kebun kelapa sawit milik PTPN IV Regional 2 sudah seperti semak belukar.

“Waduh bang, kalau kondisinya sudah seperti semak belukar bang. Di pinggiran cantik di kerjakan karena nampak ke jalan besar bang. Di tengahnya atau didalaman tanaman sawit sudah kayak hutan bang”ucap warga sekitar kepada serangkainews.com.

Menanggapi hal ini, salah satu pengamat perkebunan dari Sumatera Utara yang berhasil dikonfirmasi serangkainews.com sangat menyesali adanya lokasi kebun kelapa sawit milik PTPN IV regional 2 yang tidak terawat hingga berdampak pada kualitas buah sawit itu sendiri.

Sebab menurutnya kondisi tersebut justru sangat bertentangan dengan komitmen dan konsistensi PTPN IV selama ini.

“PTPN IV Regional 2 memiliki komitmen dan konsistensi yang cukup kuat untuk menjadi entitas bisnis perusahaan kelapa sawit dengan best practice management dan berkelanjutan di Indonesia maupun dunia. Perawatan dan pemeliharaan tanaman terutama di areal tanaman menghasilkan merupakan kunci penting dari upaya optimalisasi capaian produksi Kebun” ujarnya.

Menurutnya, selain menjadi kunci penting, pekerjaan perawatan dan pemeliharaan tanaman diharapkan mampu menghadirkan kenyamanan bekerja bagi karyawan.

“Jadi pekerjaan perawatan dan pemeliharaan tanaman diharapkan mampu menghadirkan kenyamanan bekerja bagi karyawan sehingga terjadi peningkatan kapasitas kerja yang muaranya terjadi peningkatan kesejahteraan pekerja” imbuhnya.

Ia menjelaskan bahwa PTPN IV Regional 2 dalam konteks tersebut telah menganggarkan pekerjaan perawatan dan pemeliharaan tanaman, baik areal TBM maupun TM di dalam RKAP (Rencana Kerja Anggaran Perusahaan) setiap tahunnya dengan biaya yang sangat besar.

“Jadi dalam RKAP itu setiap tahunnya PTPN IV regional 2 pasti telah menganggarkan pekerjaan perawatan dan pemeliharaan tanaman. Baik areal TBM maupun TM sudah ada anggaran itu” katanya.

“Dengan Sumber Daya Manusia dari kelompok milenial planters yang sangat mumpuni dan dengan meletakan core value BUMN “AKHLAK” serta manajemen yang benar mulai dari perencanaan, pengorganisasian, operasional dan pengawasan serta alokasi anggaran yang sangat besar, seharusnya PTPN IV Regional 2 mampu menjadi “world high class company” di bidang budidaya kelapa sawit berkelanjutan” sebutnya.

“Kita merasa prihatin melihat kondisi areal di Afd VII Kebun Sawit Langkat.
PTPN IV Regional 2 telah mengeluarkan biaya yang sangat besar dalam rekrutmen asisten tanaman maupun gaji dan biaya sosial pegawainya. Tetapi kinerja pengawasan yang dilakukan sangat jauh dari yang diharapkan.” ungkapnya.

Prilaku ini justru sudah menjadi buah bibir di masyarakat hingga kementerian BUMN harus mengambil tindakan karena kondisi ini sudah sangat merugikan perusahaan.

“Jadi ini merupakan tindakan yang berpotensi proud dan sangat merugikan perusahaan. Tentu pihak manajemen harus dimintai pertanggungjawaban dan jika terdapat penyimpangan harus ditindak tegas oleh Kementerian BUMN” sebutnya.

Sementara, fakta dilapangan sangat disayangkan komitmen dan konsistensi PTPN IV Regional tersebut tercedarai akibat ulah oknum-oknum PTPN IV Regional itu sendiri yang dinilai tidak bekerja. Terutama di tingkat perangkat pengawas mulai dari Manejer Kebun, Asisten Kepala Tanaman, Asisten Afd, Mandor I dan Mandor pemeliharaan.

Salah satu sumber dilapangan kepada serangkainews.com juga menyebutkan bahwa pihak menajemen tidak segan-segan mengkambinghitamkan laporan penurunan pendapatan dari hasil penjualan sawit lantaran karyawan yang dianggap tidak bekerja, dan adanya pencurian di lokasi kebun.

Justru penurunan pendapatan dari hasil penjualan sawit lantaran tidak adanya perawatan dan pemeliharaan dilapangan sehingga karyawan susah memotong buah (TBS-red)

“Bayangkan saja anggaran perawatan dan pemeliharaan yang selama ini direalisasikan tidak tercermin pada kondisi areal yang ada. Berapa banyak anggaran itu yang masuk ke kantong pribadi???

Mirisnya lagi ternyata masyarakat di sekitar Kebun yang notabene bukan karyawan justru lebih peduli dengan memberikan informasi terkait kondisi areal Afd VII Kebun Sawit Langkat yang sangat memprihatinkan.

Menurut sumber, pekerjaan perawatan dan pemeliharaan di lokasi tanaman kelapa sawit diduga di kerjakan oleh pemborong alias Penunjukan Langsung (PL) atau di tender kan.

“Pekerjaan perawatan dikerjakan pemborong bang. Biasanya pekerjaannya ada Khemis piringan, dongkel kayuan, babat gawangan, sama tunas pokok. Tapi pemborongnya tidak pernah datang ke afdeling bang, Biasanya asisten yang kerjakan ini” ungkap sumber yang tidak mau disebutkan namanya.

“Cuma yang dipinggir jalan saja yang nampak bersih itu bang. Kalau areal bagian dalam hampir semua semak dan pokok sawitnya gondrong” lanjutnya.

Terpisah. Pantauan wartawan di areal kebun tidak terlihat identitas areal seperti nomor blok, luas areal, jumlah pokok, dan tahun tanam padahal seharusnya di setiap areal harus ada sebagai bagian informasi.

Hal ini harus menjadi perhatian serius oleh semua pihak, mulai dari top manajemen maupun stakeholder lainnya. Mengingat kinerja keuangan PTPN IV Regional 2 yang cukup baik akhir-akhir ini diduga hanya ditopang dari sisi peningkatan harga jual CPO di tingkat domestik dan regional.

Kinerja keuangan positif PTPN IV Regional 2 belum didukung oleh peningkatan produktivitas yang bahkan cenderung mengalami penurunan dari tahun-tahun sejak tahun 2021.

Sementara terkait adanya temuan ini, tim serangkainews.com telah melakukan konfirmasi kepada Kabag Tanaman,Irvan Faisal dan Menejer Distrik II, Raja Suandi Purba, sayangnya hingga berita ini di terbitkan belum mau menjawab.(Tim).

Related Post